Jumat, 20 Mei 2011

Ayam Kedu

AYAM KEDU
Ayam kedu merupakan jenis ayam lokal yang mempunyai karakteristik dan keunggulan tersendiri dibandingkan ayam lokal lainnya. Ayam kedu ini berasal dari daerah Karisidenan Kedu, Jawa Tengah tepatnya didaerah Temanggung dan sekitarnya. Jenis ayam kedu ada tiga macam, yaitu: kedu putih, kedu hitam (atau sering disebut dengan ayam cemani) dan campuran. Ketiga jenis ayam kedu tersebut dibedakan berdasarkan warna bulunya.
Ayam Kedu putih populasinya sangat sedikit sedangkan ayam Kedu warna (campuran) populasinya sudah tidak terkontrol karena sudah bercampur dengan ayam lokal lainnya. Ayam Kedu hitam populasinya tidak diketahui secara pasti. Ayam Kedu Hitam yang seluruh tubuhnya berwarna hitam lebih dikenal sebagai ayam 'CEMANI', warna hitam pada seluruh ayam selain bulu juga menyebar mulai dari jengger, kulit muka, mata, paruh, kaki, cakar, kuku sampai ke rongga mulut dan lubang dubur (cloaca). Perbedaan antara ayam Kedu Hitam dan ayam Cemani adalah pada ayam Kedu Hitam sebaran warna hitam hanya pada bulunya saja, sedangkan pada ayam Cemani sebaran warna hitam menyebar keseluruh tubuh. Jadi ayam Cemani merupakan ayam Kedu hitam tetapi ayam kedu hitam belum tentu ayam Cemani. Diduga yam cemani ini didapat dari hasil perkawinan antar keluarga yang dekat hubungan kerabatnya dari beberapa generasi diikuti dengan seleksi kearah ayam yang berwarna hitam.

SEJARAH AYAM KEDU
Asal usul ayam kedu hitam sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak versi yang beredar di masyarakat diantaranya versi MAKUKUHAN dan versi TJOKROMIHARJO. Versi MAKUKUHAN mengatakan bahwa ayam kedu ini pada berakhirnya kerajaan Majapahit dibawa kekerajaan Demak oleh Ki ageng Makukuhan, berkembang sampai ke daerah Kedu. Versi ini sudah melegenda di desa Kedu dan sekitarnya. Versi lain diperkenalkan oleh seorang masyarakat dari desa Kalikuto Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang bernama Tjokromiharjo. Tokoh ini merupakan Kepala Desa Kalikuto yang mencurahkan perhatiannya dibidang peternakan. Dilaporkan oleh majalah Minggu Pagi tanggal 7 Juni 1959, bahwa Pak Tjokro mendapat pengetahuan peternakan dari kursus-kursus yang diadakan oleh Dr. DOUWES DEKKER pada tahun 1919 di Bandung dan hasil korespondensinya dengan ahli perunggasan dari Colorado bernama Mr. Schelter.
Versi pak Tjokro menceritakan bahwa ayam kedu asalnya bukan dari daerah Kedu. Ayam Kedu merupakan hasil persilangan dari beberapa generasi ayam dari Inggris yang dibawa oleh RAFLES dengan ayam lokal dari daerah Dieng, Jawa Tengah. Jenis ayam yang dibawa oleh Rafles tersebut diperkirakan ayam DORKING dan hasil keturunan dari hasil perkawinan tersebut menyebar sampai ke daerah Kedu dan sekitarnya.
Nama ayam Kedu muncul pada tahun 1926, sebelumnya nama ayam Kedu adalah ayam hitam. Nama ayam hitam dikenal pada tahun 1924, pada waktu itu Pak Tjokro mengikutkan ayam hitamnya di Pekan Raya Surabaya dan mendapat hadiah utama. Pada tahun 1926 ayam hitam Pak Tjokro diikutkan lagi di Pekan Raya Semarang dan mendapat juara lagi. Karena banyak ayam hitam yang ikut pada lomba tersebut untuk membedakan ayam Pak Tjokro diberikan nama ayam hitam kedu sesuai daerah asal Pak Tjokro yaitu Karisidenan Kedu. Nama ayam hitam kedu disingkat menjadi ayam kedu.

Ayam kedu merupakan salah satu kelompok ayam dari berbagai ternak unggas di Indonesia yang hidup dan berkembang di dalam wilayah Kedu Kabupaten Temanggung.
Warna bulu ayam kedu sangat bervariasi dari putih, blorok, wido, abu, merah dan hitam namun terdapat kecenderungan peternak untuk mengembangkan hanya yang berwarna hitam polos atau hitam dengan sedikit warna merah tua didaerah leher dan punggung
Ayam kedu termasuk dalam tipe dwiguna, yaitu ayam yang dapat diambil manfaatnya berupa daging dan telurnya, bahkan kadang-kadang untuk hobi (biasanya ayam kedu hitam / cemani). Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan ternak ayam kedu adalah rendahnya produktivitas ayam kedu, sebagai akibat dari pengelolaan yang masih tradisional, sehingga upaya yang dilakukan adalah mengubah pengembangan ayam kedu dari pola tradisional menjadi berwawasan agribisnis. Untuk itu ada beberapa faktor pendukung yang perlu diperbaiki, yaitu mulai dari pengelolaan sarana produksi, teknologi yang tepat guna, dukungan permodalan, pasar serta peternak yang berwawasan bisnis. Ayam kedu merupakan salah satu jenis ayam buras yang telah populer sejak lama dan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat petani di pedesaan. Ayam kedu dipelihara dengan berbagai tujuan dan manfaat antara lain sebagai penghasil daging dan telur, untuk menambah pendapatan serta sebagai hobi dan kesayangan (khususnya ayam cemani / kedu hitam).
Ada berbagai alasan yang mendorong masyarakat untuk membudidayakan ayam kedu, antara lain karena ayam kedu cepat berkembang baik, daging dan telurnya banyak disenangi konsumen sehingga tidak mengalami kesulitan dalam pemasarannya walaupun harganya relatif lebih mahal dari jenis unggas lain.
Manfaat langsung yang dapat diperoleh masyarakat petani dari usaha peternakan ayam kedu adalah 1) Dengan penjualan produknya (telur atau daging) akan diperoleh uang tunai yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari; 2) Dengan mengkonsumsi telur dan daging ayam lebih sering, maka pemenuhan gizi protein hewani menjadi meningkat dimana hal ini akan berpengaruh langsung pada kesehatan, kekuatan, pertumbuhan serta kecerdasan terutama pada anak-anak.
Secara teknis, pengelolaan ayam kedu tidak terlalu menuntut penggunaan teknologi mutakhir, karena ayam kedu memiliki kelebihan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, pakan mudah dan dapat memanfaatkan sisa-sisa hasil pertanian atau sisa-sisa dapur serta lebih tahan terhadap penyakit.
Dari sifat yang dimiliki dan peluang bisnis yang tinggi, maka ayam kedu sangat berpeluang untuk dikembangkan secara komersial. Upaya pengembangan ayam kedu perlu terus dilakukan dengan penerapan teknologi SAPTA USAHA (bibit, kandang, pakan, kesehatan, pengelolaan reproduksi, penanganan pasca panen dan manajemen). Sistem pemeliharaan ayam kedu dari pola tradisional menjadi berorientasi bisnis (pasar) harus melalui pendekatan sistem agribisnis secara utuh.

CIRI AYAM KEDU
Bentuk kepala bulat
Pial berwarna hitam atau merah
Mata hitam seperti bola,
Kaki pendek , leher pendek
Kulit putih sampai hitam
Bentuk badan besar kompak seperti ketupat

KARAKTERISTIK AYAM KEDU
Ayam kedu bila dibandingkan dengan ayam kampung lainya memiliki potensi produksi yang lebih baik namun sampai saat ini perkembangannya tidak menggembirakan bahkan bila tidak segera ditangani dikhawatirkan dapat mengalami kepunahan cara pemeliharaan ayam kedu tidak berbeda dengan budidaya ayam kampung lainya, ayam dilepas siang hari dan malamnya dikandangkan .
Peternak ayam kedu memelihara ayam dengan tujuan dimanfaatkan daging dan telurnya (dual porpose) Ayam kedu jantan dewasa bisa mempunyai berat 4 Kg dan ayam betina 3 Kg dengan rata-rata berat 1,5 - 2 Kg.
Ayam kedu betina bertelur pada umur 5 bl dengan berat rata 50-60 gram dan produksi telur kurang lebih 25 butir tiap periode. Tahun 1982 D.C. Creswell dan B. Gunawan melaporkan hasil penelitian yang membandingkan produksi telur ayam kedu dan ayam lokal lainnya selama 52 minggu, sebagai berikut :

dikutip dari situs Magelang

Rabu, 18 Mei 2011

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH ILMU TERNAK PERAH LAKTASI SAPI PERAH

MAKALAH PENGOLAHAN PEMBUATAN SUSU BUBUK DARI PRODUK SAPI PERAH LOKAL DENGAN TUJUAN MENGHINDARI PEMBUSUKAN

MAKALAH
PENGOLAHAN PEMBUATAN SUSU BUBUK DARI PRODUK SAPI PERAH LOKAL DENGAN TUJUAN MENGHINDARI PEMBUSUKAN





Oleh:
Nama :MOHAMMAD TRIGESTIANTO
NIM : D1E009095














UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2010
I. PENDAHULUAN
Sebagai negara agraris dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, Indonesia harus mampu mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan. Revolusi peternakan 2020 seperti diprediksikan Delgado yang akan terjadi di negara-megara berkembang, ternyata dapat berubah menjadi ancaman karena Indonesia sudah masuk dalam food trap negara-negara maju. Pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, serta perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia telah mendorong peningkatan impor beberapa komoditas pangan yang terkait dengan peternakan, antara lain susu dalam jumlah sangat besar (lebih dari 70%).
Industri pengolahan susu pada umumnya menggunaakn susu segar sebagai bahan baku. Selain bahan baku susu segar, industri ini juga membutuhkan bahan tambahan seperti gula, krim, minyak nabati, dan lain-lain agar diproses menjadi produk olahan lainnya.
Dalam memperoleh produk susu para industri memasoknya selain dari impor juga memasok dari produk susu sapi lokal dari para peternak. Kegiatan usaha peternakan tersebut difokuskan pada usaha peternakan sapi perah rakyat yang sampai saat ini dominasi usahanya secara nasional berkisar 90-95%. Karakteristik kegiatan usaha peternakan sapi perah rakyat dengan berbagai kelemahannya, terutama dalam penguasaan teknologi peternakan, maka sampai saat ini usahanya masih belum efisien dan mampu menghasilkan standar kualitas susu yang baik dan memuaskan untuk diolah IPS menjadi beberapa produk susu olahan, seperti yoghurt, susu pasteurisasi ataupun diolah menjadi susu bubuk sebagai produk antara. Penggunaan bangsa sapi turunan Bos Taurus, terutama sapi Fiesian Holstein (FH) yang berasal dari daerah beriklim dingin di lingkungan tropis basah seperti Indonesia secara tidak langsung memberikan tingkat kesulitan yang tinggi bagi peternak untuk melaksanakan kegiatan manajemennya secara efisien.






II. PEMBAHASAN

Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah.Susu bubuk pertama kali dibuat pada 1802 oleh seorang dokter Rusia, Osip Krichevsky. Susu bubuk banyak sekali ditemukan di negara-negara berkembang karena biaya transportasi dan penyimpanannya sangat murah (karena tidak membutuhkan pendingin). Seperti makanan-makanan kering lainnya, susu kering dianggap tidak mudah rusak dikarenakan sedikitnya kandungan air (bakteri sangat cepat berkembangbiak pada makanan yang basah atau minuman) dan disukai oleh orang untuk menolong mereka bertahan dalam bencana alam atau kecelakaan, oleh pendaki gunung dan orang-orang yang membutuhkan bahan makanan yang tidak cepat rusak.Susu bubuk sering digunakan dalam membuat kue, dalam resep-resep yang adonannya akan terlalu cair bila digunakan susu cair. Susu kering juga sering ditemukan dalam bantuan pangan PBB, di tempat-tempat penampungan pengungsi, gudang-gudang serta tempat-tempat lainnya di mana susu segar sulit digunakan
Susu sebagai bahan baku industri mempunyai standar yang ketat, terutama yang berhubungan dengan kandungan nutrisinya maupun terbebasnya susu dari berbagai cemaran, seperti cemaran agen infeksius (seperti bakteri, virus, maupun parasit), cemaran kimia (seperti antibiotika, pestisida, dan hormon), dan cemaran fisik (seperti kayu, bulu, pasir, kertas, plastik).
Sesuai dengan definisi fisiologisnya, susu adalah cairan hasil proses pemerahan dari ambing sapi sehat dan bersih, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun, kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Pencapaian standar kualitas susu yang dihasilkan seperti persyaratan tersebut diatas sifatnya sangat manajerial yang kendalinya ada pada kemampuan peternak dalam memahami sistem produksi dari sapi yang sangat komplek sifatnya. Disamping itu peternak juga perlu memahamami aspek pengelolaan susu pasca pemerahan dengan baik.agar kualitas susu hasil perahannya dapat dipertahankan kualitasnya.
Ada tiga aspek penting yang harus dipahami untuk menghasilkan susu sesuai dengan standar kualitas industri , yaitu :
1. Pemahaman peternak untuk menghasilkan susu dengan kualitas serta kuantitasnya yang tinggi agar standar zat gizi yang terkandung dalam susu memenuhi syarat industri secara tepat. Aspek ini banyak berhubungan dengan kemampuan pemahaman peternak terhadap menu pakan sehari-hari yang diberikan kepada ternaknya, sehingga ternak dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya untuk berbagai tingkat kondisi fisiologisnya
2. Pengendalian penyakit , terutama mastitis atau radang ambing sebagai akibat adanya infeksi beberapa bakteri pada ambing yang akan merusak struktur sel sekretoris atau sel-sel alveoli sebagai penghasil susu
3. Pengetahuan pengelolaan pasca panen susu. Fase ini sangat penting agar susu yang dihasilkan dari proses pemerahan tidak memperoleh cemaran-cemaran, yang mengakibatkan bertambahnya angka bakteri susu atau bau yang tidak diinginkan sebagai akibat lingkungan yang jelek untuk mempertahankan kualitas susu, baik yang berasal dari peralatan, maupun lingkungan fisik kandang yang higenitasnya rendah.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak akan berhubungan langsung dengan kemampuan sapi dalam mensintesis komponen organik utama susu seperti lemak, protein, dan laktosa, sedangkan aspek pencegahan mastitis adalah untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan kimia susu sebagai akibat penyakit tersebut .
Praktek usaha peternakan sapi perah rakyat, ada beberapa kesalahan pemberian pakan pada ternaknya, yaitu : (1) pemberian pakan dengan kualitas baik, namun secara kuantitas pemberiannya rendah, (2) kuantitas pakan yang diberikan cukup, namun kualitas pakannya rendah, atau yang ekstrim adalah (3) pakan yang diberikan, baik secara kualitas maupun kuantitasnya rendah, sehingga menyebabkan standar kualitas nutrisi susu yang dihasilkan rendah, seperti rendahnya nilai Total Solid atau kandungan bahan organik utama susu dalam kondisi keseimbangan yang kurang baik. Hubungan tingginya kandungan lemak yang tidak diikuti dengan tingginya kandungan protein susu dengan tingkat linieritas yang baik, menyebabkan kualitas susu jauh dari persyaratan standarnya.
Perubahan terhadap persyaratan standar kualitas susu yang saat ini ditetapkan oleh beberapa IPS sudah didasarkan pada kandungan protein susunya, bukan hanya sekedar pada kandungan total solidnya. Apabila persyaratan tersebut menjadi standar penerimaan susu oleh IPS, maka secara umum akan menjadi fenomena yang positif untuk perkembangan persusuan nasional, karena satu-satunya alternatif yang tidak dapat ditawar lagi untuk menghasilkan kualitas susu yang dimaksud diatas adalah hanya dengan memberikan pakan berkualitas tinggi, terutama kualitas pakan konsentratnya. Perubahan persyaratan ini diharapkan harga susu yang diterima peternak dapat menjadi lebih tinggi.
Persyaratan penting lain untuk menentukan kualitas susu yang sampai saat ini belum diberlakukan dalam penerimaan susu oleh IPS adalah Somatic Cell Count (SCC) atau jumlah sel somatik yang terdapat di dalam susu. SCC secara normal sudah terdapat dalam susu hasil proses pemerahan dari ambing yang sehat, namun apabila jumlahnya diatas standar normalnya, maka akan meng..//gambarkan adanya indikasi terhadap status kesehatan ambing, terutama yang berhubungan dengan kejadian radang ambing atau mastitis. Komponen SCC tersebut terdiri dari sel-sel sekretoris yang mengalami degenerasi dan sel-sel darah, terutama sel darah putih atau leukosit dan limposit. Jumlah SCC yang semakin tinggi di dalam susu meng..//gambarkan status kesehatan ambing yang semakin rendah yang berdampak terhadap semakin rendahnya kualitas susu yang dihasilkan, yaitu sebagai akibat adanya perubahan-perubahan kimiawi susu dari standar normalnya. Pada Tabel 1 ditunjukkan salah satu standar yang ditetapkan oleh industri susu di berbagai negara Eropa yang menghubungkan antara SCC dengan status kesehatan ambing. Dari informasi tersebut, kualitas susu masih dianggap baik apabila SCC tidak melebihi 300.000/ml. Beberapa dampak dari mastitis terhadap penurunan kualitas susu yang dapat menyebabkan rendahnya kualitas hasil olahannya, antara lain :
1. Penurunan kadar lemak, Solid Non Fat (SNF), casein susu, demikian pula laktosa
2. Penurunan kadar Ca, dan P
3. Meningkatnya serum albumin dan immunoglobulin (protein whey), sehingga mengurangi stabilitas terhadap panas
4. Meningkatnya kadar Cl dan Na, yang akan menyebabkan perubahan rasa (asin dan pahit)
5. Kemampuan koagulasi akan menurun
6. Target nilai gizi produk akhir. Target gizi produk akhir lebih difokuskan pada kandungan protein, lemak, dan komponen lain pada produk susu bubuk yang dihasilkan, prosesnya sangat terkait dengan standardisasi. Pada beberapa jenis susu bubuk, target protein yang diharapkan sekitar 25,50%, sedangkan target lemaknya adalah 28,00%.
Dari dua persyaratan penting tersebut, maka tuntutan terhadap kualitas awal susu segar akan menentukan tingkat efisiensi di dalam proses produksi, terutama yang terkait dengan kandungan total padatan dan keserasian komposisinya, sehingga kualitas susu menjadi variabel yang terpenting dalam proses pembuatan susu bubuk.
Industri pengolahan susu dikenal beberapa produk susu cair, seperti susu pasteurisasi atau susu sterilisasi yang merupakan hasil kemasan dari susu segar, susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang dipanaskan sesuai dengan macam produknya dan diperlakukan secara aseptis, kemudian disimpan dalam kemasan steril. Kandungan gizi dari produk-produk tersebut biasanya diformulasikan seperti kandungan susu segar untuk produk susu full cream, sedangkan untuk kepentingan diet, biasanya kandungan lemak susunya dikurangi yang kemudian produknya dikenal sebagai susu kurus.
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya mengkonsumsi susu rekontitusi atau susu bubuk tertinggi diantara negara lainnya, lebih-lebih negara-negara maju yang masyarakatnya mempunyai budaya minum susu baik, seperti negara di kawasan Oceania, Eropa, dan Amerika. Konsumsi susu bubuk yang tinggi tersebut merupakan konsekuensi sejarah panjang masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang tidak mempunyai budaya minum susu sebagai akibat tidak tersedianya bangsa sapi atau ternak perah lainnya asli Indonesia. Dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia secara umum lebih banyak mengenal susu dalam bentuk susu-susu awetan, seperti susu bubuk dan susu kental manis (condensed milk) yang direkontitusi dengan menambah air sebagai susu yang siap untuk dikonsumsi.




III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat renda
2. Susu sebagai bahan baku industri mempunyai standar yang ketat, terutama yang berhubungan dengan kandungan nutrisinya maupun terbebasnya susu dari berbagai cemaran, seperti cemaran agen infeksius (seperti bakteri, virus, maupun parasit), cemaran kimia (seperti antibiotika, pestisida, dan hormon), dan cemaran fisik (seperti kayu, bulu, pasir, kertas, plastik).
3. Tiga aspek penting yang harus dipahami untuk menghasilkan susu sesuai dengan standar kualitas industry, yaitu : Pemahaman peternak untuk menghasilkan susu dengan kualitas serta kuantitasnya yang tinggi agar standar zat gizi yang terkandung dalam susu memenuhi syarat industri secara tepat, Pengendalian penyakit Pengetahuan pengelolaan pasca panen susu


3.2 Saran
Pembuatan susu bubuk harus mengetahui dan memahami berbagai aspek seperti seperi pemilihan bahan baku, standar kualitas susu, uji kandungan susu, manajemen pengolahan bahan baku menjadi susu bubuk,agar dalam hasilnya nanti bisa menghasilkan susu bubuk yang berkualitas.









DAFTAR PUSATAKA

Anonime. http://id.wikipedia.org/wiki/Susu_bubuk. Diakses tanggal 17 Mei 2010
Widodo, 2003. Teknologi Proses Susu Bubuk. Lacticia Press, Depok, Yogyakarta.
A.Y. Tamine and R.K. Robinson, 1989. Yoghurt : Science and Technology. Pergamon. Press Ltd., Great Britain.

Dairy Character

DAIRY CHARACTER

1. Persusuan
Persusuan dapat dilihat dari postur tubuh

2. Bentuk Tubuh
Seperti halnya ternak perah yang lain, sapi perah juga diperlukan suatu pengetahuan mengenai ciri-ciri spesifik sapi perah yang mampu memproduksi susu tinggi. Disamping memilih sapi perah yang berproduksi tinggi, maka perlu juga memilih sapi perah yang performansnya baik, karena dengan performans yang baik dapat digunakan untuk menduga produksi susu. Bentuk umum tubuh sapi perah yang baik meliputi:
a. Tinggi ternak termasuk ketinggian tulang kaki yang cukup, dengan susunan tulang yang panjang sepanjang kerangka tubuhnya.
b. Dahi dan dada cukup kuat dan halus, dada berisi dan cukup lebar diantara kaki depan.
c. Tulang lembusir dan siku menempel kuat dan lembut di dada dan gumba, membentuk satu kesatuan yang lembut di leher dan tubuh.
d. Punggung lurus dan kuat, bagian pinggang luas, kuat dan hampir datar, pantat panjang, lebar, dan hampir setinggi tulang ekor, tetapi sedikit lebih rendah daripada tulang pinggul. Pangkal ekor, menempel hampir sejajar dengan tulang belakang dengan pangkal ekor yang halus.
e. Kaki depan lurus dan jarak keduanya lebar. Kaki belakang hampir tegak lurus dari tumit sampai pergelangan kaki (bila dilihat dari samping) dan akan terlihat lurus bila dilihat dari belakang. Tumit bebas dari jamur, kekasaran, dan kebengkakan. Pergelangan kaki pendek, kuat, dan lentur. Telapak kaki pendek, bundar dengan tumit yang rendah dan telapaknya datar.
Adapun ciri spesifik dari tubuh sapi perah antara lain:
a. Leher panjang, ramping, dan menyatu dengan punggung.
b. Bentuk tenggorokan, gelambir, leher, dan ketiak bagus.
c. Gumba tajam, dengan dagu yang menonjol.
d. Rusuk berjarak lebar, pipih dan panjang.
e. Paha cekung atau pipih, dan bila dilihat dari belakang lebar, untuk menyediakan tempat yang cukup bagi ambing.
f. Kulit tipis, lepas, dan lembut.
(Triana, Y.A., Soemarno M, Sri Haryati. 2001. Dasar Ternak Perah. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.)

Biosecurity pada ternak

BIOSECURITY
Biosecurity berdasarkan artikel yang saya baca dari berbagai sumber di internet sebagai rujukan yaitu mempunyai arti bio yang berarti hidup dan secutity artinya perlindungan atau keamanan. Jadi biosecurity yaitu sejenis tindakan yang dirancang untuk melindungi kehidupan atau dalam bahasa peternakannya yaitu suatu langkah strategis yang dilakukan oleh seorang peternakan terhadap hewan ternaknya guna mencegah dan mengendalikan penyakit pada hewan ternak. Sehingga hewan ternak dapat terbebas dari berbagai macam penyakit.
Biosecurity dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi yang teratur dan terarah sehingga pemberian vaksinasi tersebut sesuai dengan sasaran pada ternak hewan sehingga hewan ternak dapat terhindar dari penyakit. Berdasarkan sumber lain yang saya baca di internet biosecurity itu tidak hanya sebatas pada vaksinasi semata, tetapi faktor kandang juga teremasuk dalam biosecurity seperti pelaksanaan masa istirahat kandang selama 14 hari. Pengistirahatan kandang tersebut yaitu biosecurity peternakan unggas. Mengapa perlu dilakukan istirahat selama 14 hari yaitu untuk menghilangkan bakteri atau sumber penyakit yang kemungkinan menyerang. Selain itu kebersihan sanitasi juga termasuk dalam biosecurity. Apabila sanitasi kandang tidak baik maka kemungkinan dalam kandang ayam akan terkena virus gumboro yang bisa bertahan selama 122 hari dalam fesees.

Ciri-ciri orang miskin

Ciri-Ciri orang yang mempunyai bakat miskin
1. Apabila mendapatkan gaji uangya langsung dihabiskan untuk kebutuhan yang tidak penting.
2. Bingung tidak bisa memanfaatkan uang yang ada didalam sakunya.
3. Menginventariskan teman-teman yang menjadi tempat ngutang
4. Tidak rela menunda kesenangan , sehingga tidak terasa sudah menghabiskan uang sendiri secara berlebihan.
5. Bergembiranya hanya seminggu sehabis gajian.
6. Rela beli barang yang mahal padahal tidak terlalu penting.
7. Berteman dengan orang yang tidak mempunyai semangat hidup, minim motivasi, gairah sukses nol besar.
8. Tidak menghargai jerih payahnya sendiri dengan hasil keringatnya.

Ayam Palung

Ayam palung sudah lama dikenal karena keunikan suaranya. Jenis suara ayam lokal ini yang panjang dan mengayuh jadi daya tarik utama. Kegunaan ayam kontesan ini pun kini sudah beragam, bukan sekedar sebagai ayam kontes tetapi juga sebagai ayam pedaging. Tubuh ayam palung yang relatif besar ketimbang jenis lainnya jadi keunggulan sebagai ayam pedaging.
Adalah Jasin Ruslim pemilik cintami (Cianjur Tanggerang Sukabumi) farm fokus mengembangkan peternakana ayam palung untuk multiguna. Jasin punya lokasi peternakan di daerah Karawaci Tangerang dan angkasbitung Provinsi Banten. Ketua himpunan Peternakan Ayam Palung Indonesia Wilayah Banten ini, memelihara tidak kurang dari 700 ekor ayam palung. Setiap bulan ia menjual tidak kurang dari 200 ekor ayam palung berbagai umur dan kualitas. Jasin mencontohkan, anakan palung umur 1 ulan yang kualitas bisa dijual dengan harga Rp 75 ribu sepasang, sedangkan kualitas bagus harganya Rp 150 ribu sepasang. Lalu untuk indukan berkualitas biasa dijual dengan harga Rp 500 ribu sepasang, sedangkan indukan kualitas bagus di atas Rp 500 ribu.
Sementara uintuk induk pejantan ia jual mulai dari harga Rp 300 ribu sampai Rp 2 juta perekor tergantung kualitas. Pemasaran ayam palung mulai daerah Jadebotabek, Jakarta Barat,, Jogjakarta, sampai di Madura. Khusus untuk pembeli yang menginingkan ayam kontes, Jasin mempunyai cara berjualan yang unik. Dengan menjejerkan ayam sebanyak 4-6 ekor, lalu diperdengarkan suaranya satu persatu. “Denga begini pembeli tidak merasa tertipu, karena saya menjual sekaligus mendidik juga,” tukas pria yang mempunyai motto dalam berjualan” Biarkan ayam Bicara”, ini.
Seleksi Palung